Sabtu, 20 November 2010

MELESTARIKAN WARISAN NENEK MOYANG

MELESTARIKAN ALAT MUSIK TRADITIONAL INDONESIA

         Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya di pukul, baik menggunakan tangan maupun stik. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang tergolong dalam alat musik perkusi adalah Gamelan, Kendang, Kecapi, Arumba, Talempong, Sampek dan Kolintang, Rebana, Bedung, Jimbe dan lain sebagainya.

a. Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam, gamelan berasal dari daerah Jawa tengah, Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat disebut dengan Degung dan di Bali disebut Gamelan Bali. Satu perangkat gamelan terdiri dari instrumen saron, demung, gong, kenong, slentem, bonang, peking, gender dan beberapa instrumen lainnya. Disamping itu gamelan mempunyai nada pentatonis/pentatonic.

b. Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan (kambing). Kendang atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di daerah Jawa Barat kendang mempunyai peranan penting dalam tarian Jaipong. Di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali kendang selalu digunakan dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi tarian, wayang dan ketoprak. Tifa adalah alat musik sejenis kendang yang dapat di jumpai di daerah Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis alat musik yang biasa di gunakan dalam kesenian yang bernafaskan Islam. rebana dapat dijumpai hampir di sebagian wilayah Indonesia.

c. Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerh Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai resonatornya. Alat musik yang menyerupai kecapi adalah siter dari Jawa Tengah.

d. Arumba (alunan rumpun bambu) berasal dari daereah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik yang terbuat dari bahan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pad awalnya arumba menggunakan tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya menggunakan tangga nada diatonis.

e. Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau. Talempong adalah alat musik bernada diatonis (do, re, mi, fa, sol, la, si, do).

f. Sampek (sampe/sapek) adlah alat musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari daerah Kalimantan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang dipenuhi dengan ornamen/ukiran yang indah. Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek adalah Hapetan dari daerah Tapanuli, Jungga dari Sulawesi Selatan

g. Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa. Alat musik ini mempunyai tangga nada diatonis yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis dan ritmis. Bahan dasar dibuat dari kayu dan cara untuk memainkan alat musik ini di pukul dengan menggunakan stik.

h. Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur, kecapi ini terbuat dari bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.

Jumat, 19 November 2010

Pariwisata Lombok di Bawah Bayangan Bali



Jalan menanjak, berbatu dan bercampur tanah liat licin, mengurungkan niat kami menuju Bangko-bangko, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Mobil terpaksa mundur ketika jarak hanya tinggal 1,5 kilometer dari tujuan. Perjalanan dua jam lebih dari Kota Mataram pun terasa sia-sia. "Padahal, Bangko-bangko adalah pantai terindah yang digemari wisatawan untuk selancar," kata Hardi, sopir, sekaligus pemandu wisata lokal, menambah rasa mangkel.

Prasarana yang buruk menjadi gambaran umum pariwisata di Lombok, salah satu tujuan wisata utama di Indonesia. Daya tarik pulau ini merupakan salah satu yang diharapkan bisa memenuhi target kunjungan tujuh juta wisatawan asing selama Visit Indonesian Year 2008.

Selain ke Bangko-bangko, jalan di Pantai Kuta, Lombok Tengah, serta ke Desa Adat Senaru dan Desa Adat Sembalun, dua desa yang menjadi gerbang pendakian ke lereng Gunung Rinjani juga rusak. Di kawasan wisata Pantai Kute, Lombok Tengah, jalanan juga masih banyak yang berupa pasir dan tanah liat licin. Hampir tak ada fasilitas umum yang layak di lokasi-lokasi wisata itu.

Padahal, dibandingkan dengan Bali, Lombok memiliki bentang alam yang tak kalah menawan. Jika Bali punya Pantai Kuta, Lombok pun punya pantai dengan nama yang mirip: Kute. Bahkan. Pantai Kute Lombok memiliki bentang alam yang jauh lebih memesona.

Pantai berpasir putih sebesar merica itu diapit perbukitan yang asri. Di pantai ini setiap akhir Februari, ribuan warga Sasak-kelompok etnis asli Lombok-mengadakan upacara bau nyale atau menangkap semacam cacing laut untuk menandai awal musim tanam padi.

Lombok juga memiliki ratusan pulau-pulau kecil (gili) yang elok, baik untuk selancar maupun penyelaman, beberapa yang sudah populer adalah Gili Air, Meno, dan Trawangan.

Jika Bali memiliki Gunung Agung, Lombok memiliki Gunung Rinjani, ditambah dengan Danau Segara Anak di puncaknya. Jika Bali memiliki pura-pura Hindu yang eksotis, Lombok juga memiliki sejumlah pura tua dan ratusan masjid tua yang bersejarah. Di Lombok tradisi wektu telu juga masih terjaga. Mereka masih melakukan upacara-upacara adat secara rutin.

Jika Bali adalah "museum hidup" masyarakat Hindu, Lombok adalah "museum hidup" bagi multikulturalisme. Danau Segara Anak sebagai kaldera Gunung Rinjani, contohnya, tiap tahun dikunjungi umat Hindu untuk melaksanakan acara mulang pekelem. Upacara itu dilakukan di antara masyarakat lereng Rinjani yang mayoritas menganut Islam dengan tradisi wektu telu.

Kuliner tradisional Lombok juga tak kalah dari Bali. Ayam taliwang plus pelecing kangkung adalah salah satunya. Sejumlah sentra kerajinan rakyat yang mendarah daging di Lombok seperti tenun songket dan gerabah juga sangat layak "jual".

Tetapi, apa yang kurang dari Lombok sehingga selalu saja hanya menjadi bayang-bayang Bali, tetangga mereka yang hanya dipisahkan oleh 25 menit penerbangan? "Lombok memiliki aset wisata alam yang tak kalah jika dibandingkan Bali. Tetapi, pengembangan wisata di Lombok memang tersendat-sendat," kata Tjok Suthendra Rai, Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat.

Tiga masalah utama yang menjadi kendala itu, menurut Suthendra, adalah masih minimnya infrastruktur jalan dan listrik serta belum adanya bandara internasional sehingga masih bergantung pada Bali.

Hingga kini, Bali masih menjadi gerbang Lombok bagi dunia luar. Sektor pariwisata Lombok hampir sepenuhnya bergantung pada Lombok. "Sedikitnya 70 persen wisatawan yang berkunjung ke Lombok masuk lewat Bali," kata Suthendra.

Ketua Asosiasi Pariwisata (ASITA) NTB Misbah Mulyadi mengatakan, selama bandara internasional di Lombok belum jadi, ketergantungan Lombok terhadap Bali masih akan sangat tinggi. "Ketika wisata Bali terpukul akibat bom, wisata Lombok pun ikut hancur. Padahal, jika ada penerbangan langsung ke Lombok, saat wisatawan takut ke Bali bisa beralih ke Lombok," kata Misbah.

Tetapi, jangan lupa, jika Bali diguncang dua kali bom yang menghancurkan dunia pariwisata mereka, Lombok pernah diamuk kerusuhan bernuansa suku, agama, ras, antargolongan (SARA). "Di samping keterbatasan fisik, masyarakat Lombok sendiri memang belum sadar wisata. Banyak pantai indah, termasuk di Senggigi, yang diserbu pedagang asongan sehingga bisa mengganggu privasi tamu," kata Kunto Widiatmoko, General Manager Hotel Senggigi Beach.

"Yang paling kami takutkan adalah kerusuhan massal bersifat SARA. Jika itu terjadi lagi, hancurlah wisata di Lombok karena masalah ini sangat sensitif bagi para wisatawan asing," kata I Gusti Lanang Patra, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB.

Kerusuhan itu telah mencoreng citra Lombok. Bahkan, Lombok pernah masuk ke dalam daftar kawasan tujuan wisata yang tidak dianjurkan oleh negara pemasok wisatawan dunia seperti AS dan Eropa.

Lain Bali, lain Lombok

Berbeda dengan Bali yang memiliki tradisi pariwisata sangat tua, yaitu sejak era kolonial Belanda, tradisi wisata di Lombok relatif masih sangat baru. Wisata Lombok mulai dikunjungi wisatawan sekitar tahun 1986, ditandai berdirinya sebuah hotel di wilayah Desa Meninting.

Bali juga diuntungkan oleh banyaknya intelektual dan seniman dari dunia Barat yang jatuh cinta dan kemudian menetap di Bali. Sebutlah, misalnya, pelukis Belanda Rudolf Bonnet dan pelukis Jerman merangkap musikus Walter Spies. Melalui merekalah, Bali dikenal di dunia sebagai "Surga Terakhir", "Surga yang Hilang", "Pulau Dewata", dan
sejumlah julukan eksotis lainnya.

Lombok tak memiliki tradisi ini. Tak ada penulis-penulis dan seniman kaliber dunia yang menetap di Lombok dan kemudian memopulerkan pulau ini secara intensif. Maka, eksotisme pantai dan gunung, serta kekayaan tradisi masyarakat di Lombok, lambat bergaung di bursa pariwisata global.

Justru yang kini berdatangan ke Lombok adalah para petualang properti yang melihat tanah sebagai investasi. Mereka ramai-ramai memborong tanah-tanah warga lokal dengan iming-iming keuntungan pribadi....

Kamis, 11 November 2010

BRIMOB POLRI DALAM TUGAS TRIKORA

Jalan konfrontasi dengan Malaysia terpaksa dilakukan oleh Indonesia setelah gagal mencapai kata sepakat tentang masalah pembentukan Negara Federasi Malaysia yang beranggotakan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei dan Sabah. Indonesia menolak pembentukan Federasi Malaysia dengan alasan : Prinsipil, bertentangan dengan politik Indonesia yang anti kolonialisme dan anti imperialism; Proseduril, tidak sesuai dengan prosedur yang ditentukan oleh PBB (resolusi 1514 dan 1541); Keamanan, Pembentukan Federasi Malaysia membahayakan Revolusi Indonesia.

Selain Indonesia, Philipina juga menolak pembentukan Negara Federasi Malaysia dengan alasan bahwa secara histories dan yuridis Daerah Sabah adalah milik Sultan Sulu yang disewakan kepada Inggris.

Jalur damai secara diplomasi telah sering dilakukan namun gagal. Maka dari itu, pada tanggal 13 April 1964 di depan apel sukarelawan di Jakarta, Presiden Soekarno menyatakan akan membantu rakyat Kalimantan Utara.

Pada tanggal 3 Mei 1964 apel sukarelawan digelar lagi dan dalam kesempatan itu Presiden Soekarno mengucapkan komando aksi sukarelawan yang terkenal dengan sebutan Dwi Komando Rakyat (Dwikora). Isi Dwikora adalah “Perhelatan ketahanan Revolusi Indonesia dan bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, Brunei untuk membubarkan Negara Boneka Malaysia”

Sebagai tindak lanjut dari Dwikora tersebut maka pada tanggal 6 Mei 1964 di Tingkat Pusat dibentuk Komando Operasi Tertinggi (Koti) dengan tugas melakukan penyusupan operasi terhadap pelaksanaan program tersebut.

Jajaran Kepolisian RI khususnya Korps Brimob telah disiapkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Panglima Angkatan Kepolisian No. Pol. : 11/SK/MK/1964 tanggal 21 Oktober 1964 telah dibentuk satuan tugas dari Korps Brimob yang tergabung dalam Brigade V Mandau yang merupakan gabungan dari Batalyon – Batalyon Brimob Jateng, Jabar, Sumatera Selatan, Maluku dan Resimen Pelopor.

Sementara itu, sukarelawan – sukarelawan Kepolisian RI/ Korps Brimob/ Resimen Pelopor mengambil bagian dalam penyusupan ke Malaysia dan Singapura. Tak sedikit anggota – anggota Korps Brimob gugur dan tertawan dalam melaksanakan tugas tersebut.

Senin, 08 November 2010

Gunung Pangsong, Bukan Wisata Alam Biasa

Objek wisata Gunung Pangsong di Lombok Barat, bisa dibilang bukan tempat wisata biasa. Ada banyak hal yang bisa dinikmati pengunjung di sini. Selain suasana alam dan panorama yang masih asri di tambah tingkah lucu kawanan monyet coklat keabu-abuan yang gerhabitat di sini, objek wisata ini juga kaya nilai sejarah dan budaya.

Yang paling menarik, dari puncak Gunung Pangsong, pengunjung bisa melihat dan menikmati panorama indah ke berbagai arah. Di puncak ini pula, terdapat sebuah tempat peribadatan umat Hindu, Pura Gunung Pangsung, yang konon merupakan

Pura pertama dan tertua di Pulau Lombok.

Gunung Pangsong terletak di Desa Kuripan, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat, dengan jarak sekitar 10 Km ke arah Selatan dari Bandara Selaparang, Mataram.

Kawasan seluas lebih dari 11 hektare yang ditetapkan sebagai salah satu objek wisata sejak tahun 1996 ini, ibarat miniatur hutan. Banyak jenis pohon rindang, mulai albasiah hingga beringin berusia ratusan tahun.

Kawanan kera coklat keabu-abuan, berhabitat di sini, dengan segala tingkah laku mereka yang menggoda pengunjung yang datang.

”Senang sekali melihat monyet-monyet ini berebut makanan, lucu,” kata Hariyadi (43), wisatawan domestik dari Surabaya, Jawa Timur.

Heriyadi bersama istri dan tiga anaknya menghabiskan waktu empat hari berlibur ke Lombok. Gunung Pengsong menjadi salah satu tujuan wisatanya, selain pantai Senggigi yang sudah terkenal, dan sentra kain tenun di Sukarara, Lombok Tengah.

Biasanya, jika ada pengungjung datang, ratusan ekor monyet langsung menyambut dan mengelilingi mereka, ketika tiba di pelataran depan kawasan Gunung Pengsong.

Monyet-monyet ini menanti diberi kacang atau jajanan yang dibawa. Tingkah mereka menggelitik, ada yang berebutan makanan dan kejar-kejaran, ada yang hanya berani menanti di kejauhan. Mulai dari pejantan besar, hingga monyet betina yang mengendong bayinya.

Monyet-monyet ini juga akan selalu mengikuti pengunjung yang hendak mendaki puncak Gunung Pengsong, sepanjang perjalanan.

Tapi, tunggu dulu. Karena kawasan wisata ini merupakan tempat suci bagi umat Hindu, dan masih digunakan untuk beribadah, maka pengunjung pun harus taat dengan peraturan yang ada. Misalnya, pengunjung akan diberi kain selendang berwarna kuning untuk diikat di pinggang sebelum masuk ke kawasan. Selain itu, kaum perempuan yang sedang menstruasi juga dilarang masuk ke kawasan ini.

Teduh dan sejuk, adalah kesan pertama ketika masuk ke kawasan wisata Gunung Pengsong. Beragam jenis pohon tumbuh rindang, beberapa diantaranya beringin berusia ratusan tahun dengan akar-akar gantung yang tebal.

Ada mata air yang bisa dijumpai sebelum mulai mendaki. Lokasi mata air ”Tirta Mumbul Sari” biasanya digunakan umat Hindu tahapan pertama beribadah, sebelum ke tempat suci Melanting, dan Pura Gunung Pangsung yang letaknya lebih tinggi.

Meski sepanjang pendakian sudah tersedia undak-undak dari batu dan plesteran semen, untuk mencapai puncak Gunung Pengsong ternyata bukan hal mudah bagi yang tidak biasa mendaki.

Tapi, setelah mencapai puncak, rasa lelah pasti terobati dengan panorama indah yang bisa dinikmati. Bangunan Pura Gunung Pangsung nampak anggun dengan relief-relief uniknya. Pura nampak bersih terawat, meski pun sudah berusia ratusan tahun.

Dari puncak berketinggian sekitar 200 meter diatas permukaan laut (mdpl) ini, pemandangan persawahan dan pemukiman hingga perairan teluk Lembar bisa terlihat di sisi Selatan. Ke arah Timur, puncak Rinjani bisa terlihat jika cuaca sedang cerah bersahabat, begitu pun ke arah Barat pesona Gunung Agung di Bali tak luput dari pandangan.

Menurut Pemangku Pura Gunung Pangsung, Jero Mangku Semadiyatna, Pura ini berdiri sekitar tahun 1514 oleh Ida Betara Wayan Sebali, seorang pandita Hindu dari Geria Pendem, Karangasem, Bali.

”Kalau dari sisi sejarah, Pura ini merupakan yang paling tua di Lombok,” katanya.

Hingga kini, umat Hindu yang ngaturang atau beribadah di tempat suci ini bukan hanya datang dari Lombok, tetapi juga dari Bali, Yogyakarta, dan Jakarta.

Ada yang unik saat beribadah di Pura ini. Umat yang datang membawa banten untuk ngaturang harus jeli jika tak ingin direbut kawanan monyet, sebelum dipersembahkan.

”Makanya kami diberi ketapel karet ini. Untuk menakut-nakuti monyet,” kata I Nyoman Gatra, yang beribadah di Pura Gunung Pangsung. Nyoman mengantarkan pamannya, I Wayan Ngarba, dari Bangli, Bali, yang saat itu ngaturang di Pura Gunung Pangsung.

Tapi jangan khawatir. Sebab, ketapel digunakan tanpa batu sehingga tidak menyakiti monyet-monyet yang lucu itu. Hanya dengan suara hentakan karetnya, monyet pasti menghindar.

Bila monyet-monyet datang hendak mengambil buah dan jajanan yang sedang dihaturkan dalam ibadah, karet ketapel pun ditarik dan dihentakkan. Monyet pun berlarian mendengar suara ketapel itu.

”Kalau lungsuran (Isi banten yang sudah selesai dipersembahkan dalam ibadah) tidak mengapa, kalian boleh makan,” kata I Wayan Ngarba, sambil memberikan buah-buahan dan jajan untuk kawanan monyet, setelah selesai beribadah di Pura Gunung Pangsung.

Selain Pura Gunung Pangsung yang bernilai sejarah sekaligus penanda masuknya umat Hindu dari Bali mula-mula ke Lombok, kawasan wisata Gunung Pengsong juga menandai masa penjajahan tentara Jepang di Pulau Lombok.

Konon, nama Gunung Pengsong diambil dari akronim Kepeng Song atau uang bolong. Ini uang logam yang digunakan sebagai alat tukar di zaman penjajahan dulu. Banyak uang bolong ynag akhirnya ditibun di sini, ketika tentara Dai Nippon Jepang bertekuk lutut menghadapi gempuran sekutu dan bom atom di Nagasaki dan Hirosima, dan harus pergi meninggalkan semua daerah jajahannya untuk kembali ke negaranya pada 1942 silam.

”Dulu saat Jepang pergi, uang bolongnya banyak ditanam di kawasan ini. Makanya namanya Gunung Pengsong dari kata Kepeng Song,” kata Jero Mangku.

Kawasan wisata ini memang menarik untuk dikunjungi. Hanya saja, perhatian Pemda Lombok Barat nampaknya masih kurang, untuk menata kawasan ini lebih baik lagi.

Bangunan portal yang biasanya digunakan untuk karcis masuk di objek wisata, nampak rusak dan tidak terawat lagi di depan pintu masuk kawasan Gunung Pangsong. Meski tersedia kamar mandi umum, namun di kawasan ini sulit ditemukan tempat sampah, sehingga banyak tercecer sampah bungkusan makanan dan minuman yang dibawa pengunjung.

Kurangnya perhatian Pemda ini, diakui juga oleh pemangku Pura Gunung Pangsung, Jero Mangku Semadiyatna.

”Kami sudah bersurat ke Pemda Lombok Barat melalui Dinas Periwisata, agar disediakan tempat sampah. Kami hanya minta empat unit tempat sampah, tai sampai sekarang tidak ada responsnya,” katanya.

Sejak 2002 silam, Jero Mangku Semadiyatna bersama dua pemangku lainnya, Dewa Mangku Kawi, dan Gusti Mangku Dharma diberi tugas tambahan oleh Pemda Lombok Barat untuk bertanggungjawab masalah kebersihan di kawasan ini.

Selain melayani umat yang beribadah, mereka juga yang bertugas menyapu dan membersihkan sampah sisa-sisa makanan yang dibawa pengunjung.

Padahal, pengunjung kawasan ini sangat banyak, mulai dari wisatawan lokal, domestik, sampai mancanegara, selain umat Hindu yang datang beribadah. Lokasi Gunung Pengsong yang dekat dengan kawasan wisata pantai Kuranji, membuat banyak pengunjung pantai yang turut mampir di Gunung Pangsong.

”Kalau dipikirkan berat juga tugas kami ini, membersihkan kawasan yang luasnya lebih dari 11 hektare ini. Sampai sekarang kami yang membersihkan, tidak ada peugas kebersihan khusus dari Pemda. Kami pun bekerja hanya berbekal bhakti saja, tidak ada perhatian Pemda, meskipun kami diberi tugas ini sejak 2002 silam,” katanya.

Seingat Jero Mangku, Bupati Lombok Barat H Zaini Arony pernah menjanjikan bantuan biaya untuk kawasan wisata ini, ketika Bupati Zaini syuting film ”Misteri Gunung Rinjani”, awal 2010 lalu. Tapi, entah kenapa, sampai sekarang janji itu pun belum terwujud.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat kini tengah giat mempromosikan potensi wisata Lombok dan Sumbawa dalam program Visit Lombok Sumbawa 2012. Tapi di sisi lain, perhatian untuk objek-objek wisata justru terabaikan.(gra/LOMBOK)

Minggu, 07 November 2010

renungan sang ayah

Renungan:
Perasaan Sang ayah-dan-anakBiasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya. Akan sering merasa kangen sekali dengan Mama/Ibunya. Lalu bagaimana dengan Papa/*ayah*? Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu? Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian? Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil…… Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu. Kemudian Mama bilang : “Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya”. Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah kamu? Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA. Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba. Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang” Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi? Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : “Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”. Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu. Ketika kamu sudah beranjak remaja…. Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”. Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga. Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu. Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama. Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu? Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia :) Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu.. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu? Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut. Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. . Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang? “Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa” Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti. Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa Ketika kamu menjadi gadis dewasa…. Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain. Papa harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat. Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata: “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”. Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa. Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan. Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “Tidak…. Tidak bisa!” Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu”. Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum? Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “utri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang” Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin.. Karena Papa tahu….. Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti. Dan akhirnya…. Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia…. Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa…. Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik…. Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik…. Bahagiakanlah ia bersama suaminya…” Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk… Dengan rambut yang telah dan semakin memutih…. Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya…. Papa telah menyelesaikan tugasnya…. Papa, *Ayah*, Bapak, atau Abah kita… Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat… Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis… Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. . Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal.. ¦Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?… bapakku bgt,..jadi tidak sabar untuk pulkam akhir desember

yakoso pagesangan tempo doloe